Wednesday, September 21, 2011

Briptu Norman; Pilihan Mudah antara Patriotisme dan Realitisme

Posted by kang obet  |  at  3:32 PM No comments

131657784237119710
Hari hari ini Briptu Norman Kamaru kembali hangat di pemberitaan, mengenai niatnya mengundurkan diri dari Korps Brimob, institusinya selama ini. Sungguh pilihan yang sangat rasional menurut saya.

Namun sebaliknya, pemberitahuan pers atau respon dari fihak institusi Kepolisian malah cenderung memposisikan ke arah negatif niat dari Briptu Norman, bukannya malah mendukung. Kenapa saya sangat mendukung dan harusnya Briptu Norman didukung? karena itu adalah pilihan yang sangat tepat, realistis, dan karena sangat materialistis tentunya.

Briptu Norman adalah salah satu potret dari yang masih ingin melekatkan predikat manusianya dengan berbuat jujur dan tidak munafik bahwa materi adalah segalanya. Mungkin yang paling memuakkan adalah ketika muncul apologi bahwa terjun ke dunia entertainment adalah panggilan jiwanya, sudahlah, itu terlalu lebai. Langsung saja bahwa hasil materi yang akan didapat akan jauh lebih besar dan menguntungkan daripada menjadi seorang polisi.

Alasan itu benar dan tidak ada salahnya sama sekali. Jangan juga kita mempertanyakan patriotisme Briptu Norman sebelum mempertanyakan hal yang sama pada diri kita sendiri. Sudah patriotismekah kita? Jangan menuntut kata pengabdian pada Briptu Norman, karena pengabdian kita pada bangsa dan negara juga masih sangat diragukan.

Lebih mudah adalah ketika kita pertanyakan kembali niat Briptu Norman waktu pertama kali masuk institusi kepolisian, untuk pengabdiankah, untuk berkerja mencari uangkah, atau untuk statuskah? atau adakah niat selain tiga itu? Ada, mungkin karena tidak ada pilihan pekerjaan lain, karena dipaksa, atau karena ingin keren saja jadi polisi, tapi lebih baik itu diabaikan saja karena terlalu mengada ngada. Dari sini saja maka su’uddzan (prasangka jelek) kita akan terpuaskan dan terjawab sekaligus. Bagaimana dengan variabel sumpah prajurit, itu juga lebih baik kita abaikan, karena semua jabatan juga ada sumpah pada waktu awalnya. Kita abaikan karena sumpah jabatan, sumpah prajurit cenderung kita lupakan. Semestinya tidak begitu teman.

Yang pasti, saya sangat yakin dan percaya bahwa Briptu Norman tidak perlu pintar matematika dan memakai kalkulator untuk mengetahui perbedaan pendapatan dan penghasilan jika tetap di kepolisian atau ketika memilih kontrak yang sudah menunggunya. Dengan ikatan dinas, tanggung jawab yang diemban sampai pensiunpun mungkin belum tentu bisa mengungguli pendapatannya dengan sekali kontrak yang mungkin akan ditanda tanganinya. Itu kalau melulu dilihat dari sisi materi, lha terus mau dilihat dari sisi apalagi? komitmen?patriotisme?sumpah prajurit?amanat dan tanggung jawab?hah….

Sudahlah, ada tidaknya Briptu Norman tidak akan berpengaruh pada kepolisian, lebih mudah mencari seorang prajurit yang lebih tampan, lebih gagah, lebih bisa dipegang komitmennya, dan terlebih lagi, sekali lagi lebih mau menjadi polisi dari Briptu Norman. Begitu juga lebih banyak seseorang diluar sana yang lebih bisa joged india, lebih bagus suaranya dari pada Briptu Norman.  Tapi minimal, Briptu Norman jadi inspirasi kegregetan saya ingin menulis ini.

sumber :
http://hiburan.kompasiana.com/musik/2011/09/21/briptu-norman-pilihan-mudah-antara-patriotisme-dan-realitisme/

About the Author

Write admin description here..

Get Updates

Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.

Share This Post

Related posts

0 comments:

Text Widget

Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.
back to top